Komponen Enzim
Enzim
(biokatalisator) adalah senyawa protein sederhana maupun protein kompleks yang
bertindak sebagai katalisator spesifik. Enzim yang tersusun dari protein
sederhana jika diuraikan hanya tersusun atas asam amino saja, misalnya pepsin,
tripsin, dan kemotripsin. Sementara itu, enzim yang berupa protein kompleks
bila diuraikan tersusun atas asam amino dan komponen lain.
Enzim
lengkap atau sering disebut holoenzim,
terdiri atas komponen protein dan nonprotein. Komponen protein yang menyusun
enzim disebut apoenzim . Komponen
ini mudah mengalami denaturasi, misalnya oleh pemanasan dengan suhu tinggi.
Adapun penyusun enzim yang berupa komponen non-protein dapat berupa komponen
organik dan anorganik. Komponen organik yang terikat kuat oleh protein enzim
disebut gugus prostetik, sedangkan
komponen organik yang terikat lemah disebut
koenzim. Beberapa contoh
koenzim antara lain: vitamin (vitamin B1, B2, B6, niasin, dan biotin), NAD
(nikotinamida adenin dinukleotida), dan koenzim A (turunan asam pentotenat).
Komponen anorganik yang terikat lemah pada protein enzim disebut kofaktor
atau aktivator, misalnya beberapa ion logam seperti Zn2+, Cu2+,
Mn2+, Mg2+, K+, Fe2+, dan Na+.
Cara Kerja Enzim
Salah
satu ciri khas enzim yaitu bekerja secara spesifik. Artinya, enzim hanya dapat
bekerja pada substrat tertentu. Beberapa teori berikut menjelaskan tentang cara
kerja enzim.
a.
Lock
and Key Theory (Teori Gembok dan Kunci)
Teori ini
dikemukakan oleh Fischer (1898).
Enzim di-umpamakan sebagai gembok yang mempunyai bagian kecil dan dapat
mengikat substrat. Bagian enzim yang dapat berikatan dengan substrat
disebut sisi aktif. Substrat diumpamakan kunci yang dapat berikatan dengan
sisi aktif enzim. Perhatikan gambar berikut.
Selain sisi aktif, pada enzim juga
ditemukan adanya sisi alosterik. Sisi alosterik dapat diibaratkan sebagai sakelar yang dapat menyebabkan kerja enzim
meningkat ataupun menurun. Apabila sisi alosterik berikatan dengan penghambat
(inhibitor), konfigurasi enzim akan berubah sehingga aktivitasnya berkurang.
Namun, jika sisi alosterik ini berikatan dengan aktivator (zat penggiat) maka
enzim menjadi aktif kembali.
b.
Induced
Fit Theory (Teori Ketepatan Induksi)
Sisi
aktif enzim bersifat fleksibel sehingga dapat berubah bentuk menyesuaikan
bentuk substrat.